PENJELASAN
PENJELASAN
Karena ayat Al-Qur-an dan Hadit.s dituliskan pula dengan huruf Latin, maka di bawah ini, kami jelaskan ejaannya:
2. Kalau panjang bacaannya (madd), maka kami buat sbb.
a. Untuk panjang baris di atas, maka kami tulis aa (dua a), seperti : faa.
b. Untuk panjang baris depan, maka kami tulis uu (dua u), aeperti : fuu.
c. Untuk panjang baris di bawah, maka kami tulis ii (dua i),seper ti : fii.
(Inna fii dzaa!ika ladzikraa llinan kaana lahuu qalb ).
"Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadipengajaran bagi siapa yang mempunyai hati ( pengertian). (S, Qaaf, ayat 37 ).
Karena ayat Al-Qur-an dan Hadit.s dituliskan pula dengan huruf Latin, maka di bawah ini, kami jelaskan ejaannya:
2. Kalau panjang bacaannya (madd), maka kami buat sbb.
a. Untuk panjang baris di atas, maka kami tulis aa (dua a), seperti : faa.
b. Untuk panjang baris depan, maka kami tulis uu (dua u), aeperti : fuu.
c. Untuk panjang baris di bawah, maka kami tulis ii (dua i),seper ti : fii.
(Inna fii dzaa!ika ladzikraa llinan kaana lahuu qalb ).
"Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadipengajaran bagi siapa yang mempunyai hati ( pengertian). (S, Qaaf, ayat 37 ).
Pertama-tama, aku memuji Allah, pujian yang banyak, berturutturut, walaupun amat kecil pujian pemuji-pemuji itu, kurang dari hak keAgunganNya.
Kedua, aku bersalawat dan mengucapkan salam kepada Rasul-rasulNya, salawat yang meratai Rasul-rasul yang lain, bersama penghulu ummat manusia.
Ketiga, aku memohonkan kebajikan kepada Allah Ta'ala, tentang membangkitnya cita-citaku, mengarang sebuah kitab, tentang "Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama" (Ihya' Ulumiddin).
Keempat, aku menantang, untuk memotong kesombonganmu, hai pencela, yang melampaui batas pada mencela, diantara golongan orang-orang yang ingkar, yang berlebih-lebihan mencaci dan melawan, diantara lapisan orang-orang yang melawan, yang lalai.
Maka sesungguhnya telah terlepas ikatan diam dari lidahku. Telah dikalungkan pada leher ku, tanggungan berkata-kata dan kalung mutiara bertutur kata, selama engkau berkekalan buta dari kebenaran yang nyata, serta berkepanjangan menolong yang batil, membaguskan kebodohan dan mengobarkan fitnah kepada orang, yang memilih mencabut diri sedikit dari adat kebiasaan orang banyak.
Dan ia cenderung sedikit dari rnembiasakan diri mengikuti kebiasaan itu, kepada beramal dengan yang dikehendaki oleh ilmu, karena mengharap mencapai apa yang diajak oleh Allah Ta'ala beribadah kepada-Nya. Yaitu : membersihkan diri dan membaikkan hati. Dan untuk memperoleh kembali sebahagian apa yang telah dibuang-buangkannya, dari menyia-nyiakan umur, karena
putus-asa dari kesempumaan memperoleh kembali dan menampalkannya. Dan tersisih dari kumpulan orang, yang dikatakan terhadap mereka oleh yang empunya syari'at - rahmat Aliah dan sejahteraN ya kepadanya.
(Asyaddun naasi 'adzaaban yaumal qiyaamati 'aalimun lam yanfa'hullaahu subhaanahuu bi'ilmih).
Artinya:
"Manusza yang sangat menderita azab pada hari qiamat, ialah orang yang berilmu (orang alim), yang tidak diberi manfa'at oleh Allah swt. dengan ilmunya ". (Hadlts lni dlriway.atkan Ath·Thabrani dan AI-Baihaqi dari Abu Hurairah dengan isnad dha'if).
Demi umurku, sesungguhnya tiada sebab untuk berkekalannya kamu pada kesombongan, selain oleh penyakit yang meratai orang banyak. Bahkan telah meratai golongan orang-orang yang teledor, dari pada memperhatikan pentingnya persoalan ini. Dan bodoh, bahwa persoalan ini besar. Dan keadaannya itu sungguhsungguh. Akhirat itu di depan dan dunia itu di belakang. Aja! itu dekat,Perjalanan itu jauh. Perbekalan itu sedikit. Bahaya itu besar. Dan jalan itu tertutup. Selain keikhlasan karena wajah Allah, dari ilmu dan amal, adalah tertolak pada pihak pengecam, yang dapat melihat.
Berjalan ke jalan akhirat serta banyaknya tipu-daya tanpa penunjuk dan teman, adalah payah dan sukar. Maka penunjukpenunjuk jalan itu ialah kaum ulama. Mereka adalah pewaris nabi - nabi. Telah kosonglah zaman dari mereka. Tidak ada yang tinggal, kecuali orang-orang yang berbuat resmi-resmian. Kebanyakan telah digoda sethan dan terjerumus ke dalam kesesatan. Masing-masing mereka telah tertarik kepada keuntungan yang dekat. Lalu memandang yang baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi baik. Sehingga ilmu agama senantiasa terinjak-injak dan nur hidayah hilang lenyap disegala pelosok bumi.
Orang-orang itu berkhayal kepada orang banyak, bahwa ilmu pengetahuan itu tak lain, dari fatwa pemerintah yang dipakai oleh para kadli (hakim) untuk menyelesaUcan persengketaan ketika berkecam.uk kezaliman. Atau ilmu pengetahuan itu ialah jidal (pel'debatan), yang diperalat oleh orang yang mencari kemegahan untuk memperoleh kemenangan dan keuntungan. Atau ilmu pengetahuan itu ialah sajak yang dihiasi, yang dipergunakan oleh juru.juru nasehat supaya dapat mempengaruhi orang awam. Karena mereka itu, tidak melihat, selain dari yang tiga tadi, tempat memburu yang haram dan menangguk hart.a kekayaan duniawi.
Adapun ilmu jalan akhirat yang ditempuh ulama-ulama terdahulu yang saleh, yang dinamakan oleh Allah swt. dalam KitabNya dengan Fiqih, Hikmah, Ilmu, Cahaya, Nur, Hidayah dan Petunjuk, maka telah dilipat dari orang banyak dan menjadi hal yang dilupakan.
Manakala hal yang demikian itu menghancurkan Agama dan mendatangkan bahaya yang mengerikan, maka aku berpendapat bahwa berusaha menyusun kitab init adalah penting untuk Menghidupkan Kembali llmu-ilmu Agama (Ihya' Ulumiddin), membukakan jalan yang dilalui imam-imam yang terdahulu· dan memberipenjelasan maksud dari ilmu pengetahuan yang berguna dari nabinabi dan ulama-ulama terdahulu yang saleh.
Aku buat dasar kitab ini empat bahagian besar ( empat rubu ) yaitu:
1. bahagian (rubu ') per'ibadatan (rubu' 'ibadah).
2. bahagian (rubu ') pekerjaan sehan·-han· (rubu' adat kebiasaan);
3. bahagian (rubu ') perbuatan yang.membinasakan (rubu' al muhlikat).
4. bahagian (rubu ') perbuatan yang menyelamatkan (rubu • al-munjiyat)
Alcu mulai sejumlah dengan "kitab ilmu", karena ilmu itu amat penting, untulc pertama-tama aku bentangkan, tentartg ilmu, di mana segala orang berbakti kepada Allah dengan menuntutnya, di atas sabda Rasul saw. yang bersabda:
(Thalabul 'ilmi fariidlatun 1alaa kulli muslim.)
Artinya:
"Menuntut ilmu itu wajib atas tiap·tiap muslim ". ( Diriwayatkan lbnu Maj ah dari Anas. Dipandang dla'lf oleh Al·Balhaql dan lainnya.)
Akan aku bedakan padanya, ilmu yang bermanfa'at, dari ilmu yang mendatangkan melarat. Karena Nabi saw. bersabda:
(Na 'uudzu billaahi min 'ilinin Jaa yanfa ').
Artinya:
"Kita berlindung dengan Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa 'at''. (Diriwayatkan lbnu Majah Clari Jablr, dengan isnad baik.)
Aku akan buktikan kecenderungah manusia sekarang, jauh dari bentuk kebenaran. Tertipunya mereka dengan kilatan patamorgana. Dan kepuasan mereka dengan kulit ilmu, tanpa isi.
Bahagian (rubu ') ibadah, melengkapi sepuluh kitab :
1. Kitab ilmu.
2. Kitab kaidah.-kaidah i'tikad (aqidah).
3. Kitab rahasia (hikmah) bersuci.
4. Kitab hikmah shalat.
5. Kitab hikmah zakat.
6. Kitab hikmah shiam(puasa).
7. Ki tab hikmah hajji.
8. Kitab adab (kesopanan) membaca Al-Qur-an.
9. Kitab dzikir dan do'a.
10. Kitab tartib wirid pada masing-masing waktunya.
Sahagian (rubu ') pekerjaan sehari-hari melengkapi sepuluh kitab:
1. Kitab adab makan.
2. Kitab adab perkawinan.
3. Kitab hukum berusaha (bekerja).
4. Kitab halal dan ha.ram.
5. Kitab adab berteman dan ber,gaul dengan berbagai golongan manusia.
6. Kitab 'uzlah (mengasingkan diri).
7. Kitab adab bermusafir (berjalan jauh).
8. Kitab mendengar dan merasa.
9. Kitab amar ma'ruf dan nahi mungkar.
10. Kitab adab kehidupan dan budi-pekerti (akhlaq) kenabian.
Sahagian (rubu ') perbuatan yang membinasakan, melengkapi sepuluh kitab:
1. Kitab menguraikan keajaiban hati.
2. Kitab latihan diri (jiwa).
3. Kitab bahaya hawa nafsu perut dan kemaluan.
4. Kitab bahaya lidah.
5. Kitab bahaya marah, dendam dan dengki.
6. Kitab tercelanya dunia.
7. Kitab tercelanya harta dan kikir.
8. Kitab tercelanya sifat suka kemegahan dan cari muka (ria).
9. Kitab tercelanya sifat takabur dan mengherani diri ('ujub).
10. Kitab tercelanya sifat tertipu dengan kesenangan duniawi.
Bahagian (rubu ') perbuatan yang melepaskan, melengkapi sepuluh kitab:
1. Kitab taubat.
2. Ki tab sabar dan syukur.
3. Kitab takut dan harap.
4. Kitab fakir dan zuhud.
5. Kitab tauhid dan tawakkal.
6. Kitab cinta kasih , rindu , jinak hati dan rela.
7. Kitab niat, benar dan ikhlas.
8. Kitab muraqabah dan menghitung amalan.
9. Kitab memikirkan hal diri (tafakkur).
10. Kitab ingat mati.
Adapun bahagian 'ibadah, maka akan saya terangkan nanti peri adabnya yang mendalam, sunat-sunatnya yang halus-halus dan maksudnya yang penuh hikmah, yang diperlukan oleh orang yang berilmu, yang mengamalkan. Bahkan tidaklah dari ulama akhirat, orang yang tidak memperhatikan kepadanya. Dan yang terbanyak daripadanya, adalah termasuk yang disia-siakan dalam ilmu fiqih.
Adapun bahagian pekerjaan sehari-hari, maka akan saya terangkan hikmah pergaulan yang berlaku antara sesama manusia, liku-likunya, sunatnya yang halus-halus dan sifat memelihara diri yang tersembunyi pada tempat-tempat lalunya. Yaitu, yang harus dipunyai oleh orang yang beragama.
Adapun bahagian perbuatan yang membinasakan, maka akan saya terangkan nanti semua budi pekerti yang tercela yang tersebut dalam Al-Qur-an, dengan menghilangkannya,membersihkan jiwa dan mensucikan hati daripadanya.
Saya akan terangkan masingmasing dari budi pekerti itu, batas dan hakikatnya. Kemudian akan saya sebutkan sebab terjadinya, kemudian bahaya yang timbul dari padanya, kemudian tanda-tanda mengenalinya, kemudian cara mengobatinya supaya terlepas kita dari padanya. Semuanya itu, disertai dengan dalil-dalil ayat, hadits dan kata-kata shahabat Nabi (atsar).
Adapun bahagian perbuatan yang melepaskan, maka akan saya terangkan semua budi pekerti yang terpuji dan keadaan yang disukai, yang menjadi budi pekerti orang--0rang muqarrabin dan shiddiqin, yang mendekatkan hamba kepada Tuhan semesta alam. Saya akan terangkan pada tiap-tiap budi pekerti itu, batasnya, hakikatnya, sebab yang membawa tertarik kepadanya-, faedah yang dapat diperoleh daripadanya, tanda-tanda untuk mengenalinya dan keutamaan yang memb2.wa kegemaran kepadanya, serta apa yang ada padanya, dari dalil-dalil syari'at dan akal pikiran.
Penulis-penulis lain sudah mengarang beberapa buku roengenai sebahagian dari maksud-maksud tadi. Akan tetapi kitab ini, berbeda dari buku-buku itu dalarn lima hal :
1. Menguraikan dan menjelaskan apa yang ditulis penulis-penulis lain secara singkat dan umum.
2. Menyusun dan mengatur apa yang dibuat mereka itu berpisah-pisah dan bercerai-berai.
3. Menyingkatkan apa yang dibuat mereka itu berpanjang-panjang dan menentukan apa yang
ditetapkan mereka.
4. Membuang apa yang dibuat mereka itu berulang-ulang dan menetapkan dengan kepastian
diantara yang diuraikan itu.
5. Memberi kepastian hal-hal yang meragukan yang membawa kepada salah paham, yang tidak
disinggung sedikitpun dalam buku-buku yang lain. Karena semuanya, walaupun mereka itu
menempuh pada suatu jalan, tetapi tak dapat dibantah, bahwa masing-masing orang salik (
orang yang berjalan pada jalan Allah) itu mempunyai perhatian tersendiri, kepada sesuatu ha!
yang tertentu baginya dan dilupakan teman-temannya. Atau ia tidak lalai dari perhatian itu,
akan tetapi lupa dimasukkannya ke dalam buku-bukunya. Atau ia tidak lupa,akan tetapi ia
dipalingkan oleh sesuatu yang memalingkannya dari pada menyingkapkan yang tertutup
daripadanya.
Maka inilah keadaan-keadaan khusus bagi kitab ini serta mengandung pula semua ilmu pengetahuan itu.
Sesungguhnya yang membawa aku mendasarkan kitab ini pada empat bahagian (rubu?, adalah dua hal.
Pertama:
-yaitu pendorong asli- bahwa susunan ini pada menjelaskan hakikat dan pengertian, adalah seperti ilmu dlaruri (ilmu yang mudah, tak memerlukan kepada pemikiran mendalam). Sebab pengetahuan yang menuju ke akhirat itu, terbagi kepada ilmu mu 'amalah dan ilmu mukasyafah.
Yang dimaksud dengan imu mukasyafah ialah yang diminta mengetahuinya saja. Dan dengan ilrnu mu 'amalah ialah yang diminta, di samping mengetahuinya, hendaklah diamalkan. Dan yang di
maksudkan dari kitab ini, ialah ilmu mu 'amalah saja, tidak ilmu mukasyafah, yang tidak mudah menyimpannya di buku-buku, meskipun menjadi tujuan maksud para pelajar dan keinginan perhatian orang-orang shiddiqin.
Dan ilmu mu'amalah itu adalah jalan kepada ilmu mukasyafah. Tetapi, para nabi -rahmat Allah kepada mereka- tidak memperkatakan pada orang banyak, selain mengenai ilrnu untuk jalan dan petunjuk kepada ilmu mukasyafah itu.
Adapun ilmu mukasyafah mereka tidak memperkatakannya selain dengan jalan rumus dan isyarat, yang merupakan contoh dan kesimpulan. Karena para Nabi itu tahu akan singkatnya paham orang banyak untuk dapat memikulnya.
Alim ulama itu adalah pewaris Nabi-nabi. Maka tiada jalan bagi mereka untuk berpaling daripada mengikuti dan mematuhinya.
Kemudian, ilmu mu 'amalah itu terbagi kepada:
1 ilmu dhahir, yaitu ilmu, mengenai amal perbuatan anggota badan.
2' ilmu bathin, yaitu ilmu mengenai amal perbuatan hati dan yang melalui pada anggota badan. Adakalanya adat kebiasaan dan adakalanya 'ibadah.
Dan yang datang pada hati, yang dengan sebab terdinding dari pancaindra, termasuk bagian alam malakut, adakalanya terpuji dan adakalanya tercela. Maka seharusnyalah, ilmu ini terbagi dua, yaitu : dhahir dan bathin.
Bagian dhahir yang menyangkut dengan anggota badan, terbagi kepada adat kebiasaan dan ibadah. Bagian bathin yang menyangkut dengan hal ihwal hati dan budi pekerti jiwa, terbagi kepada : yang tercela dan yang terpuji. Jadi, sernuanya berjumlah empat bahagian. Dan tidaklah kurang perhatian pada ilmu mu'amalah, dari bahagian-bahagian ini.
Pendorong Kedua
-yang menggerakkan untuk menyusun kitab ini menjadi empat bahagian, ialah aku melihat keinginan para pelajar, besar sekali kepada ilmu fiqih, ilmu yang layak bagi orang yang tidak takut kepada Allah swt., yang memperalat ilmu itu untuk mencari kemegahan dan penonjolan dengan kemegahan serta kedudukan dalam perlombaan.
Dan ilmu fiqih itu terdiri dari empat bahagian. Dan orang yang menghiasi dirinya dengan hiasan yang disukai orang banyak, tentu dia akan disukai. Maka aku tidak jauh dalam membentuk kitab ini dengan bentuk fiqih untuk menarik hati golongan pelajar-pelajar.
Dan karena inilah, sebahagian orang yang ingin menarik hati pembesar-pembesar kepada ilmu kesehatan, bertindak lemah lembut, lalu membentuknya dalam bentuk llmu bintang dengan memakai ranji dan angka. Dan menamakannya ilmu taqwim kesehatan, supaya kejinakan hati mereka dengan cara itu menjadi tertarik kepada membacanya.
Berlemah-lembut menarik hati orang kepada ilmu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan abadi, adalah lebih pen ting daripada kelemah-lembutan menariknya kepada ilmt.i kesehatan, yang faedahnya hanya untuk kesehatan jasmaniyah belaka.
Faedah pengetahuan ini ialah membawa kesehatan kepada hati dan jiwa yang bersambung terus kepada kehidupan abadi. Apalah artinya ilmu kesehatan itu yang hanya dapat mengobati tubuh kasar saja, yang akan hancur binasa dalam waktu yang tidak lama lagi. Kita bermohon kepada Allah swt. akan taufiq bagi petunjuk dan kebenaran. Bahwa Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
Komentar
Posting Komentar